Tuesday, April 30, 2013

once upon time, "malam"

Malam ini cerah sangat..
walaupun tidak dengan bulan purnama pada awalnya..
langit terlihat bersih, dengan gerlap gemintang di beberapa sudut, menambah cantik peraduan malam.

Pada Awalnya saya tidak terlalu ambil pusing dengan pergantian  sore beranjak malam.
Namun serasa langit menggoda saya untuk menikmati keindahannya.
dan aku pun tergoda..

Selepas shalat magrib di salah satu mesjid  [Menikmati Shalat magrib dengan syahdu] yang berada di kawasan Lamprit. aku mulai menjejakkan kaki keluar dari mesjid sembari memperhatikan beberapa pasangan muda yang sedang menggendong putra-putri mereka dengan mesra. -aku pun tersenyum melihat kebahagian mereka-

Dan aku mulai menuruni tangga mesjid dengan perlahan, dan tanpa sengaja aku melirik ke langit, dan Subhanallah. aku suka.!
Sehingga akupun terdiam sejenak. dan mulai memandangi langit dengan penuh cinta.
Bukan karena ada bintang jatu, komet yang berjatuhan, ataupun bulan yang menggantung indah.
Namun hanya langit yang cerah, tanpa bulan, dan tanpa awan. langit yang begitu bersih dengan gemintang di beberpa sudut. begitu sederhana namun sungguh menawan..
Dan suasana hatipun ikut berubah, aku pun tersenyum sendiri [tanpa sadar]

Memandangi langit dengan penuh cinta, tiba-tiba hati terbersit syukur pada-MU Rabb..

Akupun mulai melangkahkan kaki dengan gontai menuju sepeda motorku yang sedang terparkir di pelataran mesjid tersebut.
Manaikinya dan menggunakan helm bututku.. sebelum menghidupkan sepeda motor itu, aku kembali menatap langit yang indah..
dan lagi-lagi aku hanya bisa berkata -- menawan--

aku memang bukan seorang penulis atau pujangga yang memeiliki ribuan kata yang mampu menggambarkan pesona keindahan alam yang di ciptakan Rabb..
aku hany seorang pengagum saja. tidak memiliki cukup banyak kata untuk mengeluarkan rasa kagumku pada keindahan alam melalui rentetan kata dan tulisan..

Teerkadang aku sering membayangkan diriku ini adalah seorang penulis, dan tentu saja malam yang menawan ini akan aku rangkai dalam kalimat indah penuh dengan cinta kepada si pembaca. dan tentu saja dengan membaca saja seakan akan mereka juga turut hadir pada moment sederhana dan cantik di malam ini..

Dan dengan perlahan kuhidupkan sepdea motor hitamku keluar dari pelataran mesjid menuju ke jalan raya.
menuju ke rumahku tercinta.
kembali pulang..
dan tentu saja kembali lagi dengan rutinitas malamku..

- hati ini penuh syukur dan cinta pada-MU Rabb [jangan cabut rasa cinta dan syukurku Pada-MU]---



Monday, April 29, 2013

pagi mendua.

menjalani rutinitas pagi walau terkesan seperti biasa namun tetap saja memiliki beragam prioritas.
mulai dari bersepeda, menyapu halaman, menyuci, menggosok hingga menyabuti rumput panjang dihalaman rumah belakang.

Beberapa pagi ini kulalui dengan sangat tidak menarik. bukan salah siapa namun salahku jua. sering menumpuk pekerjaan. nah ketika masa deadline datang aku sendiri yang kerepotan.
jika ditanya kemana saja dan ngapain, aku juga bingung menjawab apa. karena tidak jua aku berleha-leha tiduran atau nonton.

nah, agenda harian memang menjadi kacau dalam tahun ini, prioritas yang sangat penting, penting hingga no prioritas memang sudah sering terabaikan.
kalau kata temanku, tidak mampu berkonsentrasi dengan baik..
kadang itu benar jua adanya, terkadang sedang menggebu-gebu mngerjakan sesuatu namun ketika teralihkan dalam pembicaraan kecil nan riangan aku pun terlalu begitu saja.
dan pekerjaan yang sedang kukerjakan tadi memerlukan waktu lama dengan tingkat konsentrasi tertentu untuk kembali memulainya..
nah yang paling parahnya lagi terkadang terlupa harus memulai dari mana  -_-

begitu juga pagi ini..
hati dan fikiranku kembali mendua..
pagi-pagi sudah bangun, shalat dan mulai mengerjakan sesuatu dengan deadlini sendiri, namun lagi-lagi fikiran dan hatiku terpecahkan akan satu objek lain yang sering kali mengusik imagiku.. dan akhirnya aku terpaut dengan tulisannya..
dan pekerjaanku.. kembali kuabaikan begitu saja.

sering ini terjadi, apakah aku membutuhkan seseorang yang mengawasi hasil kerjaku atau malah butuh kata-kata menoreh panjang di hati ini?

namun pagi ini hatiku tetap mendua. mendua pada rasa yang selalu berkelebat dalam otakku, kala semua aktivitas berjalan sebagaimana mestinya. kala mempersiapkan tidur lelap di malam hari atau bangun kala pagi buta..

dan tentu saja walau aku merutuki akan menduanya hati itu, namun tetap saja aku mencari dan memasukkannya kedalam otak dan hatiku.
alasannya?
satu kalimat saja
-- aku menyukainya--

Friday, April 12, 2013

percintaan yang tidak ada ujungnya..



kerika aku mencoba membolak-balik tulisan yang belum rampung termasuk ini.. :D

1 December 2012
Langit cintakan laut…
Angin itu mendesah pelan, meraba hati untuk tenang. Menyaksikan birunya langit memadu kasih dengan birunya air laut. Berdua, mereka begitu mesra. Menyatu dalam simphony keindahan yang dalam.
Aku masih nyaman menatap indahnya perpaduan itu, sembari memeluk lututku, aku duduk di bawah sebuah pohon kelapa dengan beralaskan pasir putih yang empuk.
Menatap sepasng kekasih -laut dan langit- membuatku cemburu sangat. Mereka begitu serasi.
Angin berhembus sepoi-sepoi dan memisikkan kata-kata cinta yang diucapkan langit kepada lautan. Kata angin laut sedang merayu langit dengan buaian cinta.
“kau dengar, tadi langit merayu laut dengan mesra?” bisik angin padaku
Mataku bergerak-gerak bgitu juga dengan telingaku. Lalu kujawab
“aku tidak mendengar sepatah katapun wahai angin, bisakkah kamu bisikkan apa yang sedang mereka bicaraka?”
“aku ingin jua masuk diantara gelora cinta merah jambu itu yang sedang mereka rasakan”
“Aku ingin merasakan cinta itu” ujarku bertubi- tubi ke pada angin
“aku melihat mereka begitu serasi, lihatlah gerakan laut begitu lembut serasa di mabuk asmara yang begitu dalam, dan aku menyukai gerakan genit penuh birahi itu” ujarku pelan.
“Tahukan kamu jika langit memuji dalam laut, “kamu begitu menggugah duhai kekasihku laut, selalu membuatku mendamba, ingin rasanya membawamu bersama kehujung langit ke tujuh. Ke puncak nan jauh diasana ketempat yang tidak pernah sedikitpun bisa di lukiskan oleh hal lain di muka bumi ini. Akan kutunjukkan keindahan danlam sigma-sigma warna yang memukau. Duhai laut, kamu membuatku dahaga akan cinta, ingin rasanya kurengguk dirimu. Dan tidak akan membiarkan yang lain menyentuh dan menodaimu”
Dan laut begitu tersipu mendengar rayuan cinta langit.  Sehingga gerakan tubuhnya terlihat melembut dan romantis, bersemu-semulah dia.
“… langit.. aku merindu cinta utuh, dan aku takut, terbersit dalam hatiku ini jika kata-katamu ini akan hanya berawal dari ujung lidahmu yang begitu memikat, bagaimana bisa aku pastikan jika rayuan mu itu berasal dari palung hatimu yang terdalam? Dan aku takut terluka parah”
“duhai kekasihku lautan yang biru, apa yang harus aku lakukan padamu untuk membuktikan cintaku yang begitu tinggi dan luas ini? Apakah aku harus meledakkan semua gemintang itu dan dan menaburkannya atas lukaku agar kamu mengerti akan rasa cintaku padamu yang begitu membengkak.?”
Ujar langit yang mulai gelisah ketika cinta besarnya dipertanyakan.
“duhai langit biru, aku takut jika petirmu akan membuat darahku mengering dan membakar seluruh pesonaku. Aku takut tergerus, takut dan takut karena kau pernah terluka parah oleh secuil hati ini”.

“apa yang harus kulakukan wahai pesona keindahan..?”
“aku tidak ingin juntaian kata-kata rayuan yang tentu saja membuat aku sakau dan mati..!”
Kau bisa melihat jika aku bersemu merah ketika merayuku, aku menyukai rayuanmu. Aku menyukai gerakanmu dan tubuhmu. Tatapanmu membuat aku lemas dan mati rasa. Seringaimu membuat aku semakun jatuh parah dalam cintamu.”
Sungguh langit kamu begitu sempurna dalam bola mataku, begitu indah dan wangi tubuhmu adalh racun yang selalu kupuja disetiap desah nafasku”. Membayangkan rupa mu sudah cukup membuat aku tenang. Dan  tahukah kamu jika aku tersesat dalam kelebat bola matamu yang begitu romantis”
Langit merasa girang dan berbinar ketika lautan _dambaan hatinya- yang memujinya kini. Matanya berbinar.
“namun lngit. Aku ingin menggoreskan namamu dalam lantai terdasar dari hatiku. Menyemat namamu dalam dadaku hingga ke akhir. Tersesat dalam kelebat matamu untuk selamanya. Dan wajahmu terproyeksikan sempurna dalam hidupku. Namun langit aku tidak ingin memilikimu seutuhnya, aku tidak ingin menyentuhmu dan aku tidak ingin kamu benar-benar hadir dalam hidupku.. aku ingin kamu hanya jadi gambir hidup..
“Tapi kenapa” potong langit dengan kasar dan putus asa.
“mengertilah awan, aku tidak ingin kamu benar-benar hadir dalam kehidupanmu. Biarlah kamu tetap jadi potret paling kukagumi selamanya untuk hidupku, biarlah kita menepi dan berjauhan”
LAngit mulai putus asa dengan ungkapan laut yang tidak menerima cintanya yang begitu besar sehingga tidak sanggup dipikulnya itu.
“ku mohon laut, terimalah aku” pintanya yang begitu putus asa...
Dan langit yang tadi begitu cerah dan membiru sekarang bergerak gelap.. gerimis mulai berjatuhan..
Langit mulai menangisi rasa hatinya tersayat dan tersakiti
“aku mohon laut, terimalah aku”
“dan aku mohon padamu langit untuk mengerti keputusan ku ini. Jika aku sudah memutuskan takkan ada siapapun yang bisa mengubahnya walaupun kamu sendiri. Lelaki yang selalu kupuja dan kamu harus menghargai itu”.
Rasa sakit langit begitu dalam..
Terlihat wajahnya makin gelap dan hitam. Teriakan menggelagar membahana se antero bumi. Gelegar petir sahut menyahut”
Dan inilah yang paling aku takuti akan mu, karena kamu akan membunuhku dengan rasa cintamu itu.