Wednesday, September 27, 2017

Ayah

8 September 2017, ayah pergi selamanya.

Ada jejak perih yang tak pernah kubayangkan sebelumnya menghinggapi hati.
Ayah, lelaki yang paling kusayangi telah pergi selamanya.
Dan aku menjadi yatim.

Menceritakan ayah, berarti mencerikan semua langkah yang telah kujejek dari kecil hingga sekarang.
Beliau selalu menjadi acuan dasar bagiku untuk memandang lelaki yang ada di sekitar maupun beragam lalaki yang aku jumpai,

Ketika aku melihat lelaki manja, benakku langsung terbersit bangga kepada ayah yang sangat mandiri.
Ayah mengerti aktivitas mamak yang sangat banyak dalam mengurusi, maka ayah akan menjadi partner tanpa disuruh untuk mengurus hal-hal yang tidak bisa diselesaikan oleh mamak.
Jika mamak telah selesai dengan urusan memasak, maka ayahlah yang akan mengurusi kami dalam hal makan, jika kami rewel enggan untuk makan, maka ayah akan menggendong kami, melalaikan kami ke luar sambil menyuapkan makanan kami. kami tetap harus makan.

Dari ayah dan mamak, kmai belajar bahwa hubungan laki-laki dan perempuan di dalam rumah adalah sebagai hubungan Parrter yang harus saling mengisi dan mendukung agar semua berjalan dengan benar.
Ayah tak pernah memarahi mamak, jika ketika ayah pulang mamak belum kelar jua atau bahkan belum memasak. Ayah tak enggan mengambil pisau, merajang bawang, menumis sayur dan menggoreng ikan.

Dari ayah aku belajar bahwa lelaki harus salaing mengahrgai, menjadi lelaki adalah partner perempuan, menjadi lelaki bukanlah menjadi penguasa perempuan.

Ayah, bangga sekali aku menjadi putrimu.

Dari kecil kami diajar dengan sangat keras, namun ketika sekarang aku dewasa barulah aku paham jika yang dilakukan ayah buatku adalah semuanya juga buatku.

Ayah..
sungguh ku rindu pad semua gelakmu.
katika mu menggoda mamak hingga mamak berlagak marah dan engkau akan tertawa gelak penuh kemenangan.

aku rindu pada kode rahasia antara kita ketika dirimu memanggilku jika kelakukan khas ku sebagai penanda aku sudah dirumah berulang kali aku lakukan tanpa aku sengaja.
Dan ayah akan memanggilku dengan panggilan khas diikuti riuh tawa mamak, kakak maupun abang

Ayah..
Tak ada lagi seringai senyummu buatku,
Tak ada lagi tatapan gundahmu buatku
Tak ada lagi teguran marah untuk ku berubah
Tak ada lagi sms mersra darimu
Tak ada lagi panggilan khas yang kau panggilkan khusus buatku

Ayah
Anakmu merindumu


Kota Jantho
26 September 2017

No comments:

Post a Comment