siang ini kembali berduduk santai dengan beberapa temanku.
menikmati semilir angin pantai yang terkadang tenang dan bergemuruh tiba-tiba.
matahari siang ini tidak terlalu menyengat. tetapi anginnya begitu santai dan menengankan siang ini.
Ulelheuh atau orang-orang sering menyebutkan dengaun kata Ule-le. yang merupakan salah satu daerah yang rata dengan tanah ketika Tsunami menerjang Aceh tahun 2004 silam. Menurut Cerita mamakku nama daerah tersebut bernama Ulee-Lheuh yang berasal dari kata "Ulee" dan kata "Lheuh" dalam bahasa Aceh. Ulee yang artinya kepala dan Lheuh adalah terlepas atau lepas.
ulee tersebut mengindikasikan daratan yang berpisah dengan dengan daratan yang lain sehingga jika diibarat dengan badan untuk daratan Lain maka Ulee itu merupakan kepala (salah satu bagian) yang terlepas atau berpisah pada sutu kondisi pada masa lampau oleh sebab itu daratan tersebut dinamakan Ulhee lheuh (kepala terlepas) yang kini karena pengaruh pengucapannya disebut dengan Ulee-Lee.
kenapa pengucapnnya berbeda saya juga tidak tahu apa hal yang mempengaruhi hal tersebut. banyak hal yang mempengaruhi, bisa jadi karena mendengar secara sepintas sehingga antara mendengarkan dan pengucapannya menjadi berbeda, atau karena pengucapan yang turun menurun sehingga berubah atau sekarang kebanyakan orang Aceh yang berada di Banda Aceh sudah banyak yang tidak bisa bertutur kata bahasa Aceh lagi sehingga pengucapan bahasa aceh yang terlalu pelik sehingga susah untuk diucapkan atau juga referensi asal muasal nama kawasan itu yang salah (saya juga tidadk melalukan crosscheck ulang).
Tidak jauh dari tempat yang kami bersantai ada kuburan massal, tempat bersemayamnya korban tsunami 2004 silam. sehingga menjadi lokasi sejarah yang akan selalu terkenang.
Sebelum Tsunami menerjang Aceh 8 tahun Silam, kawasan ini terkenal sebagai tempat wisata, walaupun sekarang masih juga dipergunakan untuk tempat berwisata, akan tetapi sebelum tsunami kawasan tersebut lebih luas lagi, dimana disana banyak terdapat pemukiman rumah penduduk, gubuk-gubuk rumbia yang dipakai untuk orang-orang beristirahat, banyak tempat penyewaan ban yang akan dipakai oleh para pengunjung, penjual ikan bakar disana-sini dan pohon-pohon cemara lain yang begitu rindang..
sehingga ketika akhir pekan itu tiba tempat ini akan penuh oleh masyarakat yang berdomisili di sekitar Banda Aceh atau oleh wisatawan yang datang berkunjung ke Banda Aceh. Tempat itu sangat strategis karena berlokasi tidak jauh dari pusat kota BAnda Aceh.
Jika ingin dilihat-lihat dan dikaji UleLheuh ini menyimpang banyak sejarahnya.
kembali kemeja petak ini tempat berkumpulny 2 orang pemuda dan 2 orang pemudi yang berbeda asal muasal dengan backgroun keluarga yang jelas sangat berbeda. salah satu pemudi atau perempuan itu berumur paling muda. Mencoba menyelesaikan tugas kuliah dengan memamfaatkan fasilitas Wifi yang gratiss.
Kami begitu prihatin melihat adik tersebut yang sangat awam dengan beragam perlengkapan dan peralatan yang dipakai oleh masyarakat Aceh. (walaupun kami tidak tahu banyak setidaknya kami masih berkenalan dengan alat-alat yang bernama "Jeungki, Rampagoe, kue Jeuleupak dll)
padahal jarak kami hanya terpaut sekitar 5 Tahun tapi segitu minimnya informasi tentang Aceh.
Saya tidak bisa membayangkan generasi mendatang yang berdomisili di Banda Aceh. Pastinya mereka akan lebih tidak mengenal kebudayaan Aceh..
Menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintahan Aceh untuk kembali mengenalkan budaya Aceh bagi generasi mendatang apalagi buku-buku pegangan di sekolah-sekolah banyak menjabarkan budaya Di Jawa daripada Budaya-budaya tradisionil Aceh.
Bagaimana dengan anak-anak muda yang berada di sekitar anda??
No comments:
Post a Comment