[Gue Gajah]-
Desa yang terletak di Daerah Aceh Besar. Walaupun secara
administrasi berada di kawasan Aceh Besar, akan tetapi karena jaraknya yang
begitu dekat dengan Banda Aceh, maka desa Geu Gajah [secara tidak langsung] terasa
masih berada di seputaran Banda Aceh.
Desa Geu Gajah ini mulai di kenal dan terkenal sesudah
Tsunami melanda Aceh Tahun 2004 silam. Karena Banyak penduduk aceh yang
melarikan diri menuju Mata Ie [karena lebih tinggi dan jauh dari bibir pantai],
dan desa Geu Gajah dan sekitarnya. Pada saat itu banyak pengungsi yang bertahan
di halaman TVRI Aceh, karena selain
halamannya yang luas, bantuan juga mudah berdatangan karena akses informasi
yang mudah di jangkau dan di akses oleh wartawan dari berbagai media local,
nasional hingga manca Negara.
Baiklah, kembali bercerita tentang pengalaman hari ini.
Siang ini udara begitu terik dan termasuk dalam agenda musim
kemarau, akan tetapi cuaca semakin “mendangdut” sekarang [tidak keruan,
sebentar terik dan sebentar hujan] di jadwal musim kemarau akan tetapi Aceh
menggila dengan banjir disana sini, begitu juga siang ini, diantara terik
matahari hujan rintik-rintik juga turun mengiringi perjalanan menuju desa Geu
Gajah, Aceh Besar.
Memasuki salah satu Komplek
perumahan di desa Geu Gajah, suasana begitu sepi, hening dan lenggang. Tidak
banyak aktivitas penghuni kompleks. Dan terkesan seperti tidak berpenduduk.
Setelah berputar-putar mengelilingi beberapa liku jalan, dan terlihat beberapa
ibu-ibu sedang ngobrol santai di depan sebuah rumah. Kebetulan fikirku, karena
salah satu tugas yang diberikan oleh coordinator lapangan –bapak Hendrik- yakni
harus mewawancara seorang wanita dewasa dan 2 orang pemuda dan 2 orang pemudi.
“assalamualaikum”
Sapaku mencoba ramah dengan senyum lebar percaya diri ala
senyum pepsodent.
“waalaikum salam”
Jawab ibu-ibu itu bingung.
Setelah mencoba mengenalakan diri dan mencoba menjelaskan
sedikit tentang tujuan kedatangan saya yakni terkait survey pendapat masyarakat
terkait korupsi dan integritas.
Sontan saja rupa dan waja ibu-ibu itu berubah. Menjadi tidak
bersahabat. Dengan tidak peduli dan acuh
seorang ibu berkata.
“tidak usah ngomong tentang korupsi, saya sebagai masyarakat
sudah capek mendengar kata-kata itu, selama system pemerintahan belum dig anti
maka tidak ada gunanya pemerintah ngomongin tentang korupsi, tidak akan
membuahkan hasil.!” Ujarnya ketus..
Waduh, salah apa ya saya? Padahal saya berusaha menjelaskan
secara runut dan baik…
Walaupun sudah menjelaskan dengan sedemikian rupa namun
tetap saja jawaban ibu-ibu tersebut skeptis dan tidak bersahabat. Dengan sopan sayapun beranjak pergi dan
meninggalkan ibu-ibu tersebut.
Ibu Evi Murni
Setelah putar-putar beberapa lama, akhirnya aku memutuskan
menyinggahi sebuah rumah. Mencoba menyapa ibu-ibu juga.. namun alasannya juga
tidak mau karena “kami ibu rumah tangga dan tidak mengerti apa-apa” padahal
sudah coba di jelaskan.
Walaupun tidak berhasil akhirnya saya mencoba menyinggahi
sebuah rumah setelah di ketok keluarlah ibu muda yang terlihat ramah. Beliau
bernama ibu evi. Setelah saya menjelaskan
siapa dan maksud kedatangan saya, belaiu merespon dengan positif. Beliau begitu
menggebu-gebu menceritakan akan kekesalannya terhadap prilaku korupsi dan
penyuapan yang kerap terjadi di masyarakat dan instansi-intansi pemerintahan..
Selesai mewawancarai ibu evi, aku bergegas permisi dan
mencari responden lain. dan aktivitas di dalam kompleks masih terlihat
lenggang, sepertinya banyak yang masih melakukan aktivitas di luar.
Ada beberapa yang saya temui ada yang tidak bersedia
diwawancara karena merasa tidak mampu menjawab, sibuk, alasan mau keluar, umur
yang sudah lebih 30 tahun [katagori pemuda] hingga pendatang.
Dan akhirnya saya menemukan responden laki-laki dan dia
bersedia menjawab pertanyaan yang saya tanyakan dan bersikap responsive. Seorang
yang bekerja di instansi pemerintahan dan berumur sekitar 30 tahun. Dari jawaban
yang diberikannya sepertinya dia mendukung pemerintahan. Pada awalmulanya dia
terkesan tidak serius dan banyak bertanya ketika ditanyakan pertanyaan namun
lambat laun menjadi serius dalam menjawab pertanyaan tersebut.
Memang tidak mudah mencari responden terutama pemuda yang mau peduli terhadap korupsi. Karena ketika
pertama memperkenalkan diri dan menyatakan tujuan dari survey tersebut pemuda
yang di temui langsung menciut karena merasa [mungkin] kurang nyaman dengan isu yang di ajukan.
Seperti fitri [perempuan berumur 25 tahun] pemudi yang
menyelesaikan pendidikan terakhir tingkat SMA ini pada awal mulanya menbolak
untuk dilakukan survey akan tetapi setelah dijelaslkan panjang lebar akan
tujuan dan mamfaat dari survey ini. Akhirnya dia bersedia untuk di wawancara.
Dan akhirnya semua berjalan sesuai dengan rencana.. mission
complete!
No comments:
Post a Comment