Saturday, May 18, 2013

Catatan Survey Youth Integrity I



[Gue Gajah]- 

Desa yang terletak di Daerah Aceh Besar. Walaupun secara administrasi berada di kawasan Aceh Besar, akan tetapi karena jaraknya yang begitu dekat dengan Banda Aceh, maka desa Geu Gajah [secara tidak langsung] terasa masih berada di seputaran Banda Aceh.
Desa Geu Gajah ini mulai di kenal dan terkenal sesudah Tsunami melanda Aceh Tahun 2004 silam. Karena Banyak penduduk aceh yang melarikan diri menuju Mata Ie [karena lebih tinggi dan jauh dari bibir pantai], dan desa Geu Gajah dan sekitarnya. Pada saat itu banyak pengungsi yang bertahan di halaman  TVRI Aceh, karena selain halamannya yang luas, bantuan juga mudah berdatangan karena akses informasi yang mudah di jangkau dan di akses oleh wartawan dari berbagai media local, nasional hingga manca Negara.
Baiklah, kembali bercerita tentang pengalaman hari ini.
Siang ini udara begitu terik dan termasuk dalam agenda musim kemarau, akan tetapi cuaca semakin “mendangdut” sekarang [tidak keruan, sebentar terik dan sebentar hujan] di jadwal musim kemarau akan tetapi Aceh menggila dengan banjir disana sini, begitu juga siang ini, diantara terik matahari hujan rintik-rintik juga turun mengiringi perjalanan menuju desa Geu Gajah, Aceh Besar.
Memasuki  salah satu Komplek perumahan di desa Geu Gajah, suasana begitu sepi, hening dan lenggang. Tidak banyak aktivitas penghuni kompleks. Dan terkesan seperti tidak berpenduduk. Setelah berputar-putar mengelilingi beberapa liku jalan, dan terlihat beberapa ibu-ibu sedang ngobrol santai di depan sebuah rumah. Kebetulan fikirku, karena salah satu tugas yang diberikan oleh coordinator lapangan –bapak Hendrik- yakni harus mewawancara seorang wanita dewasa dan 2 orang pemuda dan 2 orang pemudi.
“assalamualaikum”
Sapaku mencoba ramah dengan senyum lebar percaya diri ala senyum pepsodent.
“waalaikum salam”
Jawab ibu-ibu itu bingung.
Setelah mencoba mengenalakan diri dan mencoba menjelaskan sedikit tentang tujuan kedatangan saya yakni terkait survey pendapat masyarakat terkait korupsi dan integritas.
Sontan saja rupa dan waja ibu-ibu itu berubah. Menjadi tidak bersahabat.  Dengan tidak peduli dan acuh seorang ibu berkata.
“tidak usah ngomong tentang korupsi, saya sebagai masyarakat sudah capek mendengar kata-kata itu, selama system pemerintahan belum dig anti maka tidak ada gunanya pemerintah ngomongin tentang korupsi, tidak akan membuahkan hasil.!” Ujarnya ketus..
Waduh, salah apa ya saya? Padahal saya berusaha menjelaskan secara runut dan baik…
Walaupun sudah menjelaskan dengan sedemikian rupa namun tetap saja jawaban ibu-ibu tersebut skeptis dan tidak bersahabat.  Dengan sopan sayapun beranjak pergi dan meninggalkan ibu-ibu tersebut.
Ibu Evi Murni
Setelah putar-putar beberapa lama, akhirnya aku memutuskan menyinggahi sebuah rumah. Mencoba menyapa ibu-ibu juga.. namun alasannya juga tidak mau karena “kami ibu rumah tangga dan tidak mengerti apa-apa” padahal sudah coba di jelaskan.
Walaupun tidak berhasil akhirnya saya mencoba menyinggahi sebuah rumah setelah di ketok keluarlah ibu muda yang terlihat ramah. Beliau bernama ibu evi.  Setelah saya menjelaskan siapa dan maksud kedatangan saya, belaiu merespon dengan positif. Beliau begitu menggebu-gebu menceritakan akan kekesalannya terhadap prilaku korupsi dan penyuapan yang kerap terjadi di masyarakat dan instansi-intansi pemerintahan..
Selesai mewawancarai ibu evi, aku bergegas permisi dan mencari responden lain. dan aktivitas di dalam kompleks masih terlihat lenggang, sepertinya banyak yang masih melakukan aktivitas di luar.
Ada beberapa yang saya temui ada yang tidak bersedia diwawancara karena merasa tidak mampu menjawab, sibuk, alasan mau keluar, umur yang sudah lebih 30 tahun [katagori pemuda] hingga pendatang.
Dan akhirnya saya menemukan responden laki-laki dan dia bersedia menjawab pertanyaan yang saya tanyakan dan bersikap responsive. Seorang yang bekerja di instansi pemerintahan dan berumur sekitar 30 tahun. Dari jawaban yang diberikannya sepertinya dia mendukung pemerintahan. Pada awalmulanya dia terkesan tidak serius dan banyak bertanya ketika ditanyakan pertanyaan namun lambat laun menjadi serius dalam menjawab pertanyaan tersebut.
Memang tidak mudah mencari responden terutama pemuda  yang mau peduli terhadap korupsi. Karena ketika pertama memperkenalkan diri dan menyatakan tujuan dari survey tersebut pemuda yang di temui langsung menciut karena merasa [mungkin]  kurang nyaman dengan isu yang di ajukan.
Seperti fitri [perempuan berumur 25 tahun] pemudi yang menyelesaikan pendidikan terakhir tingkat SMA ini pada awal mulanya menbolak untuk dilakukan survey akan tetapi setelah dijelaslkan panjang lebar akan tujuan dan mamfaat dari survey ini. Akhirnya dia bersedia untuk di wawancara.
Dan akhirnya semua berjalan sesuai dengan rencana.. mission complete!

No comments:

Post a Comment