Sunday, December 22, 2013

jalan ke bogor akhir tahun 2013

pada awal menjejeakkan kaki ke kota bogor, aku begitu gembira dan senang karena aku telah sampai ke suatu kota yang terkenal dengan kota hujan..
sejak aku kecil, [tepanya ketika aku SD] guruku mengajarkan kalau kota hujan itu ada di kota bogor, dimana disana juga ibu kota pemerintahan Indonesia pernah berpindah dari jakarta.

dan aku  mengenal lagi cerita bogor itu dari guru fisika ku [guru kelas 2 SMA] waktu itu beliau bercerita ketika menempuh pendidikan S2 disana, dan dia menempati sebuah rumah sederhana bersama keluarga kecilnya, katanya untuk mendapatkan cahaya maka ada beberapa bagian di atap rumah beliau ditutup dengan kaca, jadi didalam rumah lebih terang walaupun tidak ada jendela.
Adayang menarik, kata beliau, suuatu ketika kaca-kaca tersebut pecah semua, awalnya beliau mengira jika ada-ada anak-anak iseng yang melemparkan batu, namun yang anehnya suara ribut seperti benda yang berjatuhan di genteng tidak juga berhenti, dari lubang-lubang atap tersebut bongkahan-bongkahan es masuk.
Dan ketika beliau keluar, ternyata di halaman rumah sudah di penuhi bongkahan es juga, ternyata  suara tadi adalah suara "hujan es"

Hujan es, dari beliau lah aku mengenal kata hujan es di Indonesia yang negeri tropis ini.. aku jadi membayangkan bagaimana bentuk dan rupa hujan tersebut.
cerita itu menjadi fragmen tersendiri di dlam otakku, diantara percaya dan tidk percaya..

di awal tahun 2005 aku mendapat kesempatan untuk tinggal di kota hujan tersebut. Bogor.
dan aku begitu girang sekali karena aku akan "merantau", tinggal jauh dari kampung tercinta.

Sentul, desa yang terkenal karena sirkuitnya.
disitulah aku menetap, di sebuah asrama yang berstandr international. menarik :)

kembali dengan kota bogor.
disinilah aku mengenal kota yang bukitnya hanya ditanamin singkong.
gilaaa aja, singkong ditanam di berbukitan yang luas, aku jadi bingung bagaimana kalau hujan, dan siapa yang bakal menyerap air?
maka, tidak jadi heran jika masyarakat jakarta ketar-ketir kalau bogor di guyur hujan berhari-hari, dan Jakarta pasti banjir..
belum habis rasa bingungku, aku mulai merasakan bahwa kota bogor jauh berbeda dengan gambar yang ada diotakku dulu..
hal ini mungkin aku terlalu terbayang-bayangi oleh asrinya negeriku aceh...

ya.. memang bogor terkenal dengan sebutan Buitenzorg yang artinya "lepas dari segala kepenatan"..
tapi..
sangat berbeda dengan ayang aku rasakan..
jalanan terlalu padat di sebagian tempat, apalagi jika angkot, bus dan motor mulai tidak tertib.. semua bakal dijadikan jalan, termasuk trotoar,...


Pada tahun 2006, aku bekerja di sebuah pabrik garment dan tinggal di kawasan "tiga roda" namanya..
aku menempati kos-kosan yang hanya satu bilik saja, setiap bulannya aku menyetor sekitar 175 ribu rupiah, mahal memang, tapi tempatnya lumayan nyaman.
disana aku berkenal dengan seorang ibu dan putrinya novi yang berasala dari jawa tengah. dia begitu baik dengan aku dan beberapa anak kosan lainnya yang bekerja di tempat yang sama.
berkat beliau kami selalu akrab satu sama lainnya. bilik si ibuk menjadi based kami kala pagi tiba.
secangkir kopi panas dan roti seadanya tersedia diasana. dan kalau malam tentu saja nonton bareng dan gratis.. :D

di kosan itu juga aku mengenal beragam tingkah polah manusia.
meliahat laki-laki dan perempuan yang tinggal serumah tanpa ikatan, melihat keluarga yang bertatoo banyak, [dan aku selalu agak was-was ketika melewati bilik mereka], melihat ibuk kos yang punya rumah yang sudah tua dan pikun [sering berjalan-jalan di depan rumah sambil bernyanyi dan tertawa sendiri, tak begitu lama, karena segera di bawa pulang oleh pengasuhnya], mendengar seorang perempuan yang berteriak-terik ketika malam tiba karena di pukul olesh suaminya yang tentara, melihat sepasang suami istri yang bekerja banting tulang untuk menyekolahkan anaknya, melihat persaudaraan dan persahabatan, dll.

dan di kamar itu juga akumerasakan sebuah moment yang membuat aku kembali ke fragmen cerita masa SMA, yakni hujan es.
suatu sore kala aku hendak tidur karena hujan mengguyur lebat sekali beberapa hari di kota bogor. tiba tiba terdengar seperti suara lemparan batu ke atap kosan..
pertama-tema pelan, kemudian makin kencang dan merata. aku jadi penasaran, ketika aku membukakan pintu kamarku, tanpak bongkahan es dengan ukuran tak beraturan berjatuhan di tanah..
asiiiiilkkkkkkkkkkkkk hujan es ternyata.
tak bisa kubayangkan perasaanku saat itu, karena aku bisa merasakan hujan es yang terkenal itu.
menurut tetanggaku, hujan es sudah sangat lama tidak pernah terjadi lagi. Jika sedang hujan es, penduduk akan mengumpulkan bongkahan es tersebut dan menyimpannya di freezer kulkas.
dan akan di pergunakan sebagai obat ketika anak mereka sakit.
Hujan es bagi mereka akan membawa penyakit bagi anak-anak.


pada akhir tahun 2013, aku kembali bersilaturrahmi ke kota bogor, kembali berjumpa dengan beberapa sahabatku yang sudah lama tidak bersua.

dan Buintenzorg itu memang murni tidak pantas lagi di sandang oleh kota bogor..
maceeeetnya sangat parah sekarang, sampe benar-benar stuck...
terus, hotel semakin membanjiri di kota ini, banyak gedung-gedung pencakar yang mulai berdiri.
aku miris dan sedih melihat kota bogor yang sudah mulai berganti wajah, walaupun aku bukan penduduk kota bogor..
kesemerawutannya semakin memanas.
dan aku merasa bahwa kinerja walikota bogor belum berdampak apa-apa untuk masyarakat disana.

dan pada akhirnya tidak menarik untuk pergi kemana-mana.
hanya stay di rumah saja.. [kalah dengan macet..] ||

No comments:

Post a Comment